[berita acara] Peran Perpustakaan sebagai sarana pemberdayaan Masyarakat

Dalam fungsinya, perpustakaan bukan hanya sebagai sarana dalam sumber informasi, malainkan juga sebagai sarana dalam pemberdayaan masyarakat. Seperti yang telah kita ketahui, bahwasannya salah satu sifat dari perpustakaaan adalah universal. Dengan ke-universal-annya itu, seolah perpustakaan menjadi sosok pahlawan ditengah masyarakat. Dan karena masyarakatlah perpustakaan akan tetap hidup. Sebagai calon pustakawan, dalam hal ini adalah mahasiswa perpustakaan, harus mengetahui dan peka terhadap hal-hal tersebut. Dengan pengoptimalisasian peran perpustakaan kepada masyarakat umum akan menjadi satu tolak ukur dalam hal pemberdayaan atau mengembangkan masyarakat.

Berangkat dari wacana diatas, ALUS (Association of Library University Students) sebagai organisasi mahasiswa yang bergerak dalam bidang kepustakawanan, selalu berupaya untuk mengajak seluruh mahasiswa Ilmu perpustakaan dan Informasi serta Perpustakaan dan Informasi Islam UIN sunan kalijaga, agar menjadi agent of change dalam upaya perwujudan cita-cita tersebut. Perpustakaan tidak harus bersifat komersial, akan tetapi perpustakaan juga harus mampu melaksanakan aspek-aspek sosial dalam masyarakat, demi mewujudkan cita-cita bangsa indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali.

Sebagai wujud realisasinya, maka ALUS telah mengadakan Diskusi Publik yang bertemakan “Peran Perpustakaan sebagai sarana pemberdayaan Masyarakat” yang dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2011 di gedung Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan pemateri bapak Sujarwo Putra, seorang presidium perpustakaan Mletik, Malioboro Yogyakarta.

Antusiasme para peserta sudah terlihat sejak panitia menggelar stan pendaftaran diskusi publik. Dan Alhamdulillah, peserta yang terdaftar mencapai angka 128 orang. Yang lebih luar biasanya acara ini bukan hanya dihadiri oleh mahasiswa ilmu perpustakaan saja, akan tetapi dihadiri pula oleh mahasiswa diprodi lain, bahkan Fakultas lain, seperti SKI, Sastra Inggris, dan PAI (Fak. Tarbiyah). Hal ini menunjukkan, bahwa perpustakaan bukan hanya garapan seseorang yang mengambil prodi ilmu perpustakaan saja, tetapi perpustakaan merupakan milik semua orang.

Secara global, acara diskusi publik yang di ketuai oleh Ridwan Nur Arifin (IPI 2010 Div. Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat) dan dibantu oleh seluruh Anggota ALUS yang dibawah kendali ketua umum, Mishbahul Munir (IPI 2008) ini berjalan dengan lancar dan mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta. Bagaimana tidak, dengan kontribusi sebesar Rp 5000,00 peserta sudah mendapatkan fasilitas yang lengkap, mulai dari sertifikat, konsumsi, blocknote, doorprize, ruangan nyaman, dan narasumber yang sangat luarbiasa. Beliau adalah Bapak Sujarwo Putra, Presidium perpustakaan Mletik, Malioboro.

Dalam pembahasannya, narasumber memberikan deskripsi beserta contoh nyata, bahwa perpustakaan dijadikan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat. Dalam kajiannya, pak Jarwo menceritakaan kepada peserta tentang salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan Mletik, Malioboro, yaitu Perpustakaan Troli. Dikatakan perpustakaan troli karena perpustakaan ini menjajakan bahan pustakanya dengan menggunakan troli. Perpustakaan keliling ini berlokasi dikawasan Malioboro. Tentu saja yang menjadi target sasaran pengguna perpustakaan ini adalah para pedagang dan pembeli diarea tersebut. Dan hal yang membuat para peserta diskusi public berdecak kagum adalah penjaja bahan perpustakaan tersebut ialah para pedagang asongan. 

Mereka rela mengorbankan waktu mereka dalam berjualan hanya untuk menjajakan koleksi kepada para pedagang dan pembeli disana. “Walaupun mereka mengorbankan waktu untuk melakukan aksi sosial tersebut, mereka tidak sama sekali menuntut untuk dibayar”, (ujar Pak jarwo). Sungguh sangat luarbiasa, dengan adanya kegiatan tersebut para pedagang di malioboro seakan mempunyai kegiatan baru yang sangat bermanfaat. Perpustakaan Troli ini bekerja pada hari-hari tertentu saja, yaitu senin, selasa, dan rabu. Dikarenakan pada hari Kamis sampai dengan minggu, malioboro dipadati banyak pembeli, dan pihak perpustakaan tidak mau mengganggu aktivitas dari para pedagang tersebut. Antusiasme para pengguna Layanan Perpustakaan ini sangatlah tinggi, disamping diiming-imingi oleh hadiah tahunan yang besar bagi para pengguna yang aktif, perpustakaan ini pun dalam administrasinya tidak memberatkan para anggota pemakai. Walaupun dalam perjalanannya ditemukan banyak sekali problematika yang menerjang, layanan perpustakaan ini sudah eksis selama delapan tahun. Hal ini memberi inspirasi kepada seluruh peserta untuk terus mengabdikan diri kepada masyarakat. Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dikemukakan oleh narasumber dalam upaya memotivasi para peserta dalam hal pemanfaatan perpustakaan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat.

Kami sangatlah berbangga sekali dan sangat termotivasi untuk mengembangkan hal-hal tersebut secara lebih luas dan lebih terkordinir. Sebagai wujud perhatian ALUS terhadap kegiatan tersebut, maka ALUS pun merencanakan untuk bekerjasama bersama dengan narasumber dalam hal peningkatan eksistensi perpustakaan troli di Malioboro.

ALUS sangat berbangga hati kepada Bapak Sujarwo, dan sebagai bentuk tanda terimaksih ALUS terhadap beliau, ALUS pun memberikan semacam cinderamata serta uang pembinaan kepada narasumber.
Mudah-mudahan dengan semangat yang dicontohkan oleh narasumber, kita semua termotivasi untuk mengikuti jejak langkah beliau dalam hal pengabdian kepada masyarakat.

Oleh: ALUS
[berita acara] Peran Perpustakaan sebagai sarana pemberdayaan Masyarakat [berita acara] Peran Perpustakaan sebagai sarana pemberdayaan Masyarakat Reviewed by Alus DIY on Desember 01, 2011 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.